Jalan-jalan di Singapore itu belum lengkap rasanya kalau belum bikin itinerary buat shopping. Dan bikin itinerary shopping di Singapore itu belum lengkap rasanya kalau belum masukin Chinatown dan Orchard sebagai tempat yang dikunjungi. Entah itu belanja barang-barang dengan harga bersahabat di Chinatown, ataupun sekedar berjalan-jalan di deretan mall-mall yang ada di Orchard. Untuk itulah, di hari ketiga kami bertiga terdampar Di Chinatown pada pagi hari, dan Orchard dari siang sampe malam. It's kind of shopping saturday, fellas.
Pagi di hari sabtu itu gue, kakak gue, dan nyokap kembali menggunakan MRT sebagai sarana transportasi andalan. Dari station Little India, kami naik MRT ke station Chinatown. Tempat pertama yang kami kunjungi di Chinatown waktu itu adalah..... Red Dot Design Museum.
Sesuai sama namanya, Red Dot Design Museum ini memiliki warna bangunan yang merah merona. Karena bagian dalamnya nggak keliatan seindah bagian luarnya, kami bertiga memutuskan untuk nggak masuk ke dalam Red Dot Design Museum ini. Cuma diluar, sambil foto-foto. Ya begitulah, namanya juga turis. Ngeliat jalan bersih dikit, di foto. Street photography gitu, ceritanya. Foto di jalanan dekat Red Dot Design Museum ini sebenarnya mencerminkan prilaku turis yang antimainstream. Foto di Singapore di tempat yang photogenic tapi belum diketahui banyak orang, terus di upload ke Instagram. Begitulah bung. Singapore bukan melulu tentang Merlion atau Marina Bay Sands.
Keberadaan kami di Red Dot Design Museum enggak begitu lama, mungkin sekitar setengah jam-an. Selanjutnya sekitar jam 9 pagi, karena belum sempat sarapan kami memutuskan untuk singgah di salah satu tempat makan yang ada di Chinatown. Namanya Ya Kun Kaya Toast. Ya Kun Kaya Toast itu sebenernya juga ada di Jakarta, di mall kayak Grand Indonesia ataupun Taman Anggrek. Tapi konon katanya, Ya Kun Kaya Toast itu aslinya dari Singapore.
Hidangan yang kami pesan waktu itu adalah salah satu hidangan andalan dari Ya Kun Kaya Toast itu sendiri, 2 buah roti panggang dengan sedikit selai srikaya, dan dua buah piring telur sebagai pelengkapnya. Minumnya satu es kopi, satunya lagi semacam teh tarik. Rasanya gimana? Ya begitulah... rasanya kayak roti panggang yang dikasih selai srikaya terus dicampur sama telur.
Buat masalah pelayanan, bisa dibilang pelayan-pelayan yang ada di restoran-restoran Singapore itu nggak seramah pelayan-pelayan di Indonesia. Entah itu karena kondisi restorannya waktu itu emang lagi padat turis atau emang karena pelayannya lagi ada masalah keluarga yang nggak terselesaikan, yang jelas pelayannya nggak seramah pelayan-pelayan yang ada di restoran Indonesia. Namanya juga negara maju, suka-suka lu deh Sing..
Setelah menyantap sarapan pagi di Ya Kun Kaya Toast nya Chinatown, kami bertiga lalu menelusuri Chinatown lebih lanjut. Kami pergi ke pusat perbelanjaan di Chinatown, yang juga terdapat Vihara di dalamnya. Ya kalau di Jakarta-kan, tempat ini semacam Glodoknya Singapore.
Di kompleks Chinatown yang rada mirip Glodok itu, kami singgah ke beberapa toko. Harga barang-barang yang dijual di distrik Chinatown ini memang sejatinya lebih bersahabat daripada barang-barang yang dijual di distrik-distrik lainnya. Konon katanya, selain Chinatown, distrik Bugis juga menawarkan barang-barang dengan harga yang bersahabat. Tapi waktu itu, kami mengandekan Bugis sebagai tempat yang dikunjungi di hari terakhir. Karena jarak antara distrik Bugis dengan distrik Little India (tempat dimana hotel kami berada) itu cukup dekat. Cuma butuh sekali pemberhentian MRT dari Little India ke Bugis, kalau nggak salah.
Di agak ujung jalan kompleks Chinatown ini, ada sebuah Vihara Buddhist. Namanya Buddha Tooth Relic Temple. Di temple ini, nyokap menyempatkan diri buat singgah lalu sembahyang. Sementara gue, cuma masuk liat-liat dalemnya lalu keluar duduk nunggu nyokap sembahyang. Kalau dari dalam, Buddha Tooth Relic Temple ini cukup nyaman untuk ukuran Vihara. Dingin, bersih, asep dupanya nggak terlalu dominan. Asik deh, temple nya.
Sekitar jam setengah 12 siang, kami melanjutkan perjalanan. Dari Chinatown, kami melanjutkan perjalanan menuju.. Orchard Road, salah satu Shopping Centre terkenal yang ada di Singapore. Kali ini, transportasi yang kami gunakan bukan lah MRT tetapi... bis. Yap, bis bertingkat yang ada di Singapore.
Tapi sebelum menjelajahi beberapa mall yang ada di Orchad Road itu, kami terlebih dahulu singgah di Anchorpoint Mall yang terletak di Alexandra Road. Tujuan kami waktu itu kesini bukan karena pingin belanja barang-barang tertentu, tapi tujuan kami singgah di mall ini adalah untuk... Subway. Yeah! GIVE A WAY FOR SUBWAYYYY....
Subway itu adalah semacam sandwich yang dibalut dengan beberapa jenis roti dan juga saus-saus yang bisa dipilih sendiri. Sedangkan "daleman" alias isi dari rotinya itu tergantung dari menu yang kita pilih. Harganya pun bervariasi, mulai dari $4, $5, $6, $7, $8 dan seterusnya. Gue sendiri memilih subway yang harganya $7, yakni Subway Steak and Cheese. Rotinya sih, roti biasa dengan saus yang agak pedas.
Sama kayak namanya, Steak and Cheese ini isinya daging beef yang dibalut dengan keju dan beberapa toping segar pilihan kayak tomat bulat dan kawan-kawannya. Rasanya gimana? Rasanya asik, serius. Rotinya empuk, dagingnya masih hangat abis dipanasin, Kalau abis dimakan, pemakan dibuat pingin mengeluarkan suara "mmmhhhhh" gitu lah. Mungkin untuk saat ini, subway belum ada di Jakarta. Tapi bukan Jakarta namanya kalau enggak menyediakan pilihan lain. Meskipun di Jakarta nggak ada Subway tapi di Jakarta ada Quizons Sub, ya kuliner yang sejenis gitu lah sama Subway.
Selepas mencicipi Subway di Anchorpoint, kami kembali melanjutkan perjalanan yang sesungguhnya ke Orchard. Kali ini kembali dengan Bis, bukan MRT. Untuk masalah pembayaran, Bis dan MRT itu sama aja. Sama-sama di tap pake kartu. Kalau di MRT kita nge-tap setiap kali masuk pintu, maka di Bis ini kit ange-tap nya setiap kali naik dan turun. Jadi naik nge-tap, turun juga nge-tap. Saldonya bakal kepotong sendiri, pastinya. Jadi bisa dibilang, di Singapore kartu MRT itu perannya cukup penting.
Orchard Road itu memang terkenal dengan shopping mall nya. Di Orchard, kami dsiuguhi dengan deretan mall yang beraneka ragam. Ada yang ellite, ada yang nggak ellite-ellite amat. Salah satu mall yang ada di Orchard adalah Lucky Plaza. Di mall ini, terdapat cukup banyak orang Indonesia. Ketahuan, dari percakapan bahasa Indonesia yang bertebaran dimana-mana. Bahkan ada beberapa restoran khusus makanan Indonesia di mall ini. Bukan cuma Indonesia, ada juga lantai yang didominasi oleh orang Fillipina di mall ini. Campur aduk, gitu. Kalau di Jakarta-kan, ya.. Lucky Plaza ini kurang lebih sama kayak.. emm.. Season City gitu, deh.
Nyokap dan kakak gue sendiri membeli beberapa cokelat di Lucky Plaza buat dijadiin oleh-oleh. Di Singapore, cokelat itu memang merupakan salah satu oleh-oleh yang cukup worth it sih.
Selain Lucky Plaza, masih terdapat beberapa mall lain. Kami juga mengunjungi beberapa mall lain yang berderet. Mall-mall cukup ellite kayak ION ataupun Paragon Shopping Centre pun dikunjungi. Tapi ya begitulah, namanya juga mall ellite, isinya juga ellite-ellite. Nggak 'oleh-oleh friendly' gitu lah. Isinya Louis Vuitton, Prada, Gucci, dan sekutu-kutunya. Kalau barang-barang dari brand-brand itu dibawa pulang buat dijadiin oleh-oleh, bisa-bisa nyokap gue bangkrut disana. Enggak bisa pulang ke Jakarta. Tiket pulang ke Jakarta terpaksa digadein.
Diluar dugaan, gue yang awalnya ngira kalau gue bakal capek abis seharian karena nemenin 2 wanita shopping, malah biasa-biasa aja. Justru nyokap dan kakak gue yang mengeluh capek seharian jalan. Gue curiga, ini semua berkat campur tangan yang diberikan oleh subway yang gue santap di Anchorpoint tadi. Subway memang hebat!
Setelah berjam-jam jalan kesana kemarin dan membeli beberapa item, sekitar jam 6 sore kami pulang meninggalkan Orchard, menggunakan MRT. Rasa lelah cukup menyelimuti kaki ini di atas MRT dari perjalanan Orchard menuju kembali ke Little India. Nggak kerasa, malam itu adalah malam terakhir kami di negri tetangga ini. Rasa lelah yang terasa di malam itu, mungkin akan dikonversikan menjadi rasa rindu suatu saat nanti. Siapa tau.
Keberadaan kami di Red Dot Design Museum enggak begitu lama, mungkin sekitar setengah jam-an. Selanjutnya sekitar jam 9 pagi, karena belum sempat sarapan kami memutuskan untuk singgah di salah satu tempat makan yang ada di Chinatown. Namanya Ya Kun Kaya Toast. Ya Kun Kaya Toast itu sebenernya juga ada di Jakarta, di mall kayak Grand Indonesia ataupun Taman Anggrek. Tapi konon katanya, Ya Kun Kaya Toast itu aslinya dari Singapore.
![]() |
Ya Kun Kaya Toast. |
Buat masalah pelayanan, bisa dibilang pelayan-pelayan yang ada di restoran-restoran Singapore itu nggak seramah pelayan-pelayan di Indonesia. Entah itu karena kondisi restorannya waktu itu emang lagi padat turis atau emang karena pelayannya lagi ada masalah keluarga yang nggak terselesaikan, yang jelas pelayannya nggak seramah pelayan-pelayan yang ada di restoran Indonesia. Namanya juga negara maju, suka-suka lu deh Sing..
Setelah menyantap sarapan pagi di Ya Kun Kaya Toast nya Chinatown, kami bertiga lalu menelusuri Chinatown lebih lanjut. Kami pergi ke pusat perbelanjaan di Chinatown, yang juga terdapat Vihara di dalamnya. Ya kalau di Jakarta-kan, tempat ini semacam Glodoknya Singapore.
![]() |
Glodok Singapore part 1 |
![]() |
Glodok Singapore part 2 |
Di agak ujung jalan kompleks Chinatown ini, ada sebuah Vihara Buddhist. Namanya Buddha Tooth Relic Temple. Di temple ini, nyokap menyempatkan diri buat singgah lalu sembahyang. Sementara gue, cuma masuk liat-liat dalemnya lalu keluar duduk nunggu nyokap sembahyang. Kalau dari dalam, Buddha Tooth Relic Temple ini cukup nyaman untuk ukuran Vihara. Dingin, bersih, asep dupanya nggak terlalu dominan. Asik deh, temple nya.
Sekitar jam setengah 12 siang, kami melanjutkan perjalanan. Dari Chinatown, kami melanjutkan perjalanan menuju.. Orchard Road, salah satu Shopping Centre terkenal yang ada di Singapore. Kali ini, transportasi yang kami gunakan bukan lah MRT tetapi... bis. Yap, bis bertingkat yang ada di Singapore.
Tapi sebelum menjelajahi beberapa mall yang ada di Orchad Road itu, kami terlebih dahulu singgah di Anchorpoint Mall yang terletak di Alexandra Road. Tujuan kami waktu itu kesini bukan karena pingin belanja barang-barang tertentu, tapi tujuan kami singgah di mall ini adalah untuk... Subway. Yeah! GIVE A WAY FOR SUBWAYYYY....
![]() |
Sebelum ditelanjangi.. |
Subway itu adalah semacam sandwich yang dibalut dengan beberapa jenis roti dan juga saus-saus yang bisa dipilih sendiri. Sedangkan "daleman" alias isi dari rotinya itu tergantung dari menu yang kita pilih. Harganya pun bervariasi, mulai dari $4, $5, $6, $7, $8 dan seterusnya. Gue sendiri memilih subway yang harganya $7, yakni Subway Steak and Cheese. Rotinya sih, roti biasa dengan saus yang agak pedas.
Sama kayak namanya, Steak and Cheese ini isinya daging beef yang dibalut dengan keju dan beberapa toping segar pilihan kayak tomat bulat dan kawan-kawannya. Rasanya gimana? Rasanya asik, serius. Rotinya empuk, dagingnya masih hangat abis dipanasin, Kalau abis dimakan, pemakan dibuat pingin mengeluarkan suara "mmmhhhhh" gitu lah. Mungkin untuk saat ini, subway belum ada di Jakarta. Tapi bukan Jakarta namanya kalau enggak menyediakan pilihan lain. Meskipun di Jakarta nggak ada Subway tapi di Jakarta ada Quizons Sub, ya kuliner yang sejenis gitu lah sama Subway.
Selepas mencicipi Subway di Anchorpoint, kami kembali melanjutkan perjalanan yang sesungguhnya ke Orchard. Kali ini kembali dengan Bis, bukan MRT. Untuk masalah pembayaran, Bis dan MRT itu sama aja. Sama-sama di tap pake kartu. Kalau di MRT kita nge-tap setiap kali masuk pintu, maka di Bis ini kit ange-tap nya setiap kali naik dan turun. Jadi naik nge-tap, turun juga nge-tap. Saldonya bakal kepotong sendiri, pastinya. Jadi bisa dibilang, di Singapore kartu MRT itu perannya cukup penting.
Orchard Road itu memang terkenal dengan shopping mall nya. Di Orchard, kami dsiuguhi dengan deretan mall yang beraneka ragam. Ada yang ellite, ada yang nggak ellite-ellite amat. Salah satu mall yang ada di Orchard adalah Lucky Plaza. Di mall ini, terdapat cukup banyak orang Indonesia. Ketahuan, dari percakapan bahasa Indonesia yang bertebaran dimana-mana. Bahkan ada beberapa restoran khusus makanan Indonesia di mall ini. Bukan cuma Indonesia, ada juga lantai yang didominasi oleh orang Fillipina di mall ini. Campur aduk, gitu. Kalau di Jakarta-kan, ya.. Lucky Plaza ini kurang lebih sama kayak.. emm.. Season City gitu, deh.
Nyokap dan kakak gue sendiri membeli beberapa cokelat di Lucky Plaza buat dijadiin oleh-oleh. Di Singapore, cokelat itu memang merupakan salah satu oleh-oleh yang cukup worth it sih.
Selain Lucky Plaza, masih terdapat beberapa mall lain. Kami juga mengunjungi beberapa mall lain yang berderet. Mall-mall cukup ellite kayak ION ataupun Paragon Shopping Centre pun dikunjungi. Tapi ya begitulah, namanya juga mall ellite, isinya juga ellite-ellite. Nggak 'oleh-oleh friendly' gitu lah. Isinya Louis Vuitton, Prada, Gucci, dan sekutu-kutunya. Kalau barang-barang dari brand-brand itu dibawa pulang buat dijadiin oleh-oleh, bisa-bisa nyokap gue bangkrut disana. Enggak bisa pulang ke Jakarta. Tiket pulang ke Jakarta terpaksa digadein.
Diluar dugaan, gue yang awalnya ngira kalau gue bakal capek abis seharian karena nemenin 2 wanita shopping, malah biasa-biasa aja. Justru nyokap dan kakak gue yang mengeluh capek seharian jalan. Gue curiga, ini semua berkat campur tangan yang diberikan oleh subway yang gue santap di Anchorpoint tadi. Subway memang hebat!
Setelah berjam-jam jalan kesana kemarin dan membeli beberapa item, sekitar jam 6 sore kami pulang meninggalkan Orchard, menggunakan MRT. Rasa lelah cukup menyelimuti kaki ini di atas MRT dari perjalanan Orchard menuju kembali ke Little India. Nggak kerasa, malam itu adalah malam terakhir kami di negri tetangga ini. Rasa lelah yang terasa di malam itu, mungkin akan dikonversikan menjadi rasa rindu suatu saat nanti. Siapa tau.
Part sebelumny nya disini
0 Comments