From Batam With Love part 2



Entah kenapa, gue ngerasa di bulan September ini lagi banyak-banyaknya pasangan yang menikah. Entah itu saudara, entah itu artis, entah itu saudaranya artis, entah itu artisnya saudara, ataupun mantan duta 'single' nasional sekaliber Arief Muhammad a.k.a Poconggg. Dan termasuk, sepupu gue. Semuanya pada kawin. Nikah, maksudnya. Entah kenapa juga setiap ada di acara kondangan atau pesta pernikahan, gue selalu keinget ending film romance Taiwan yang judulnya You Are the Apple of My Eye. Gue selalu ngebayangin, gimana jadinya kalau mantan kekasih dari si mempelai wanita datang terus dengan 'lika a boss' nyium mempelai prianya biar dapet akses buat nyium mempelai wanitanya. Ditinggal nikah itu memang perih, fellas. Wuh..

Untungnya hal itu nggak kejadian di pernikahan sepupu gue ini. Menurut kabar burung, sepupu gue sama cowoknya ini udah belasan tahun jadian, terus akhirnya nikah deh. Keren kan. 



Setelah bangun dari tidur siang, gue mendapati kenyataan bahwa gue terbangun tanpa sehelai benang pun. Nggak lah, becanda...

Setelah bangun dari tidur siang, gue mendapati kenyataan bahwa semua saudara wanita gue yang lain lagi asyik dandan sambil make up buat cara pesta pernikahan sepupu gue nanti. Karena penikahannya dilakukan dengan adat yang 'chinese' banget, sistem pernikahannya adalah sistem cia ciu alias makan meja. Bukan, 'makan meja' itu bukan berarti semua tamu yang dateng dikasih lauk berupa meja terus mejanya itu harus dimakan gitu loh ya, emangnya rayap. 

Jadi setiap tamu yang hadir udah disiapin meja masing-masing, yang dimana meja itu bakal disiapin makanannya masing-masing. Meja yang udah disiapin itu juga adalah meja melingkar, yang berarti para tamu duduknya juga melingkar. Meja keluarga itu adanya di tempat paling depan, dekat panggung, sedangkan meja-meja lain isinya teman-teman atau kerabat dari mempelai.

Sekitar jam enam sore lewat, gue jalan dari kamar hotel ke ballroom tempat berlangsungnya acara pernikahan. 



cia ciu, gengs..

Di acara pernikahan itu, gue nggak terlalu punya banyak peran selain jadi saudara dari mempelai perempuan sekaligus penonton. Kalau kakak gue, doi disuruh jadi pengapit pengantin. Kalau gue liat-liat, jadi pengapit pengantin itu nggak semudah keliatannya. Bukan cuma harus ngangkat gaun pengantin, tapi dandanannya juga harus cukup tebel. Dan setelah  tamu-tamu yang dateng udah cukup banyak, acara pernikahan pun dimulai. Kedua mempelai memasuki ruangan. Yang cewek jalannya pelan, yang cowok jalannya lebih pelan.

Acaranya dimulai dengan mempelai pria yang hadir dari balik panggung sambil nyanyi lagu lawas barat yang gue nggak tau judulnya apa, lalu kemudian dilanjutkan dengan mempelai wanita yang datang dari arah berlawan sambil melanjutkan lagu yang lagi dinyanyikan. Sejenis duet pengantin.. 




nikah dulu cuy..


yakk........ seyyyyy

Wedding party kemudian berlanjut ke wedding party adat chinese yang semestinya. Tumpah-tumpahan wine dari gelas bertingkat, tamu nyanyi terus dikasih angpao, tea pai, dan kawan-kawannya. Kayak biasanya, 2 buah lagu legend westlife yang khas banget sama acara wedding kayak beautiful in white dan nothings gonna change my love for you berkumandang. Dua  buah lagu dari westlife itu emang cocok banget buat dijadiin lagu di acara wedding party. Karena, kalau ditinjau dari lirik dan nada, 2 buah lagu itu memiliki makna yang kuat tentang cinta. Esensi-esensinya cocoklah, buat orang yang mau nikah. Coba kalau lagunya westlife itu diganti jadi lagunya repvblik yang sandiwara cinta sama selimut tetangga, "Aku tau ini semua tak adil, aku tau ini sudah terjadi, jujurlah samyang... aku tak mengapaa" kan.. jadi bukan kayak acara pernikahan kalo pake lagu-lagu kayak gitu. Malah jadi kayak acara perceraian. 

Malam itu, acara pesta pernikahan berjalan lancar. Malam itu juga, Batam menjadi saksi betapa bahagianya keluarga besar kedua mempelai. Pulang dari Batam kan, gue jadi pingin kawin juga. Nikah, maksudnya. 


abk laksamana cengho..



From Batam with Love


Post a Comment

0 Comments