Di hari kedua, itinerary kami membawa kami untuk mengunjungi Batu Caves dan Chinatown. Untuk bisa sampai ke Batu Caves yang merupakan tempat wisata berupa goa dan bukit kapur yang cukup terkenal di Malaysia, kami harus menggunakan monorail terlebih dahulu untuk menuju ke KL Sentral (stasiun) hingga akhirnya bisa tiba di Batu Caves yang merupakan pemberhentian terakhir di rute kereta. Setelah mengeksplor Batu Caves, kami kemudian kembali lagi ke KL Sentral pada siang hari lalu pergi ke Chinatown di Petaling dengan menggunakan grab.
Perjalanan ke Batu Caves sendiri ternyata penuh lika liku. Sebenarnya sederhana, tapi menjadi penuh cobaan ketika kami dibuat harus menunggu cukup lama untuk kedatangan kereta dan hampir salah naik kereta. Bukan hanya hampir salah naik kereta, kami juga 'hampir' membawa beberapa turis bule salah naik kereta. Hmmmm..
Ngacir 6 Hari ke Malaysia Hari ke 2:
Batu Caves, Chinatown, Central Market
Sekitar jam 9 pagi waktu KL kami keluar dari hotel untuk mencari sarapan pagi sebelum pergi ke KL Sentral untuk menaiki kereta ke Batu Caves. Tidak begitu jauh berjalan, kami singgah di salah satu tempat makan yang pemiliknya adalah sepasang suami istri orang.. mungkin Hongkong, atau China daratan. Entahlah dia orang apa, istrinya terlalu ramah untuk seorang China Daratan, namun bahasa Melayu dan mandarinnya oke. Dia sedikit bercerita dengan bahasa mandarin tentang anaknya yang kuliah di Australia. Ngomong-ngomong, selain Melayu dan India, Kuala Lumpur memang didominasi oleh masyarakat keturuna China baik daratan maupun Hongkong, jadi wajar kalau bahasa mandarin dan Cantonese tersebar dimana-mana. Ngomong-ngomong lagi, seperti perjalanan dengan menggunakan paspor sebelumnya, gue nggak pernah dikira turis asal Indonesia. Selalu kalau nggak diajak bicara bahasa mandarin, cantonese, ya... Thailand.
Di tempat makan itu, gue untuk pertama kalinya mencoba nasi lemak. Udah cukup sering mendengar tentang nasi lemak, tapi baru pertama kali nyoba nasi lemak. Nasi macam apakah nasi lemak? Apakah nasi yang ditaburi lemak manusia/hewan? Bukan, cuma nasi yang mungkin semacam nasi uduk ala Malaysia dengan tawaran beberapa sayur lainnya. Rasanya sih.. enakan nasi uduk, rasa nasi uduk lebih punya ciri khas yang konsisten.
Selepas makan, kami pada awalnya berniat untuk membeli saldo MRT yang sekali isi sekitar 50 ringgit-an (kurs 1 ringgit Rp. 3.100). Tapi setelah dipikir baik-baik, kami akan jarang menggunakan MRT di KL, jadi sayang kan kalau 50 ringgit terbuang sia-sia untuk cuma sekali atau dua kali naik. Maka dari itu terdamparlah kami di Air Asia Monorail Bukit Bintang untuk menaiki monorail ke KL senter. Media saldo di monorailnya cukup lucu, bukan berupa kartu namun seperti kancing baju yang agak kegedan yang kemudian nanti akan ditempel di mesin kartu.
Setelah menggunakan monorail dan sampai di KL Sentral, barulah kami menunggu kereta komuter yang menuju Batu Caves di Selangor yang ternyata cukup lama datangnya.
![]() |
monorail |
![]() |
Komuter |
Setiba di tempat tunggu kereta komuter, hanya butuh beberapa saat saja sampai sebuah kereta komuter tiba dan pintunya terbuka. Dengan penuh percaya diri, kami masuk karena di bagian rute yang ada di dalam kereta, ada tulisan Batu Caves di paling akhir. Lalu beberapa saat kemudian, ada 2 orang turis pria bule yang juga ikutan masuk dan bertanya kepada kakak gue 'apakah kereta ini akan menuju ke Batu Caves?' Dengan percaya diri, kakak gue menjawab, 'ya'. Lalu salah seorang dari mereka duduk di sebelah gue.
Lebih dari 20 menit kemudian, keretanya masih belum juga jalan. Kayaknya, keretanya memang masih nunggu penumpang atau ada jadwal keberangkatannya sendiri. Hingga akhirnya tiba sepasang turis bule lain kalini wanita dan pria yang masuk ke kereta tersebut dan bertanya kepada salah seorang warga India lokal yang ada di dalam kereta 'Apakah kereta ini menuju Batu Caves atau tidak?' Lalu warga loka tersebut menjawab 'tidak'. Lalu sepasang turis bule tersebut keluar dan dengan sotoynya, turis pria yang duduk di sebelah gue langsung mengejar 2 orang turis yang keluar tersebut dan mengatakan kalau kereta ini akan menuju ke Batu Caves. Dan setelah ditegaskan sekali lagi oleh wanita lokal asal India kalau kereta ini tidak menuju Batu Caves, akhirnya keempat turis bule tersebut pergi meninggalkan kereta beserta dengan gue, kakak, dan nyokap yang juga ikutan turun meninggalkan kereta. Saat itu, hampir saja ada 7 orang turis yang terjebak yang mengira kereta yang mereka naiki akan menuju Batu Caves padahal tidak. Begitulah.
Setelah keluar dari kereta yang menjebak, kami kembali terduduk di stasiun tersebut menunggu kereta selanjutnya yang seharusnya benar-benar menuju ke Batu Caves. Ternyata, kehadiran kereta selanjutnya cukup lama, mungkin sekitar setengah jam kemudian dan setelah tiba pun kereta tersebut masih menunggu lagi sehingga mungkin total 1 jam-an setelah menunggu dan naik baru benar-benar bisa berangkat. Hingga kemudian akhirnya, kami benar-benar berada di kereta yang menuju ke Batu Caves dan akhirnya tiba di Batu Caves....
![]() |
Batu caves |
Batu Caves adalah tempat wisata semacam bukit kapur yang terdapat goa diatasnya. Untuk bisa sampai ke goa, ada 272 anak tangga yang harus dinaiki terlebih dahulu. Tempat yang erat dengaan peribatan umat Hindu ini sendiri memiliki sebuah patung Hindu berwarna emas yang sangat ikonis di depan anak tangganya. Patung raksasa dan anak tangga adalah penyambut kami sebelum akhirnya bisa sampai ke goa.
Sebelumnya, gue sempat mencari informasi tentang tempat wisata menarik di Malaysia. Salah satu hasilnya adalah Batu Caves ini. Kalau diperhatikan dari sejarah dan situsnya, tempat ini memang cukup menarik. Setelah di eksplor, 272 anak tangga yang ada ternyata cukup berhasil membuat kemeja yang gue pake basah. Nggak apa-apa berkeringat, asik sih. Lebih asik lagi mungkin kalau bawa ember penuh dengan air naik turun 272 tangga. Biar pulang-pulang langsung jadi Shaolin.
Sampai di tempat paling atas, tidak banyak yang bisa kami lakukan selain liat-liat pemandangan yang agak gelap dan becek di beberapa titik. Untuk masuk ke goanya sendiri, tidak kami lakukan. Kami hanya tiba didepan goa karena untuk bisa masuk, harus ngumpulin 15 orang dulu baru bisa ikut tur di goa yang cukup gelap dan banyak fauna-fauna menarik. Salah satu momen cukup akward yang terjadi di Batu Caves ini adalah ketika... gue pas-pasan dengan bule yang 'hampir' kami sesatkan tadi. Dia ngeliat gue, gue ngeliat dia, entah mungkin dia menyimpan dendam atau tidak.
Setelah berkelana dan berkeringat, kami akhirnya kembali ke stasiun Batu Caves untuk kembali ke KL Sentral. Lagi-lagi, kami harus menunggu cukup lama karena keretanya ngaret dari jadwal seharusnya.
Tiba kembali di KL Sentral, kami kemudian memesan grab untuk pergi ke Chinatown Kuala Lumpur yang terletak di daerah Petaling,
![]() |
Chinatown Petaling |
Chinatown di Petaling nggak terlalu jauh beda sama Chinatown di negara lainnya seperti Singapore mungkin. Ada lampion, pernak-pernik China, atmosfer dibuat seperti pasar China. Yang menarik waktu gue datang kesini, ada sebuah mobil tua ditengah jalan yang mungkin sengaja ditinggalkan entah untuk alasan apa. Jadi kalau masuk dari arah depan, kita bisa menemukan mobil yang kita kira lagi berusaha melewati kerumunan, tapi ternyata mobil itu nggak maju-maju karena nggak ada yang nyupirin. Entah memang dijadikan ikon, atau mungkin itu mobil milik salah satu penjual yang ditinggal didepan toko atau mobil yang kebetulan lewat lalu sopirnya kebelet pipis jadi ditinggal ditengah jalan terlebih dahulu.
Nggak jauh dari Chinatown atau mungkin memang didalamnya, ada pasar seni atau yang biasa lebih dikenal dengan nama Central Market. Kami masuk ke dalam Central Market untuk membeli beberapa oleh-oleh atau cemilan. Milo mungkin menjadi favorit di toko cemilan Central Market, karena dimana-mana ada aja milonya. Ada perbedaan milo yang ada di Indonesia dan Malaysia, gue lupa tapi kalau nggak salah abang tokonya yang ternyata dulu sempat belajar di Indonesia bilang kalau milo di Malaysia itu cokelatnya dari Ghana atau gimanna gitu. Penampakan toko-tokonya sendiri ya kurang lebih di Thailand-kan seperti 'Asiatique' versi mini. Cukup nyaman dan bersih, tapi nggak bersih-bersih amat mungkin.
Sampai sekitar jam setengah 8 malam, kami masih berada di Central Market. Kebetulan, di depan Central Market mungkin lagi ada semacam bazar atau semacamnya. Orang Korea yang jualannya rame, prilaku gila foto ala Korea pun juga ikutan kelihatan. Sambil nunggu grab, gue terduduk di depan tangga Central Market sambil melihat pemandangan Orang Korea yang foto-foto. Hingga akhirnya grab datang, kami kembali ke Jalan Alor. Menikamti makanan di Jalan Alor dahulu, terbaring cukup lelah di hotel kemudian.
Nggak jauh dari Chinatown atau mungkin memang didalamnya, ada pasar seni atau yang biasa lebih dikenal dengan nama Central Market. Kami masuk ke dalam Central Market untuk membeli beberapa oleh-oleh atau cemilan. Milo mungkin menjadi favorit di toko cemilan Central Market, karena dimana-mana ada aja milonya. Ada perbedaan milo yang ada di Indonesia dan Malaysia, gue lupa tapi kalau nggak salah abang tokonya yang ternyata dulu sempat belajar di Indonesia bilang kalau milo di Malaysia itu cokelatnya dari Ghana atau gimanna gitu. Penampakan toko-tokonya sendiri ya kurang lebih di Thailand-kan seperti 'Asiatique' versi mini. Cukup nyaman dan bersih, tapi nggak bersih-bersih amat mungkin.
![]() |
dalam central market |
0 Comments