Hari keempat, kami memutuskan untuk pergi ke salah satu kota politik di Malaysia, Putrajaya. Putrajaya itu semacam kota yang berperan menggantikan posisi Kuala Lumpur sebagai pusat pemerintahan di Malaysia. Bangunan-bangunan bercorak gedung pemerintahan, dan juga 'masjid Putra' yang mungkin sudah menjadi ikon khas dari kota ini tentu menjadi daya tarik tersendiri.
Ternyata, ada beberapa peraturan untuk bisa masuk ke masjidnya, kayak.. jam masuk khusus turis dan.. harus pakai semacam jubah merah panjang kalau kita pakai celana pendek. Entah apa yang membuat kakak gue memasukkan Putrajaya kedalam itinerary, namun sebagai adik yang baik gue ikut-ikut aja.
Ngacir 6 Hari ke Malaysia Hari ke 4:
Putrajaya dan masjidnya
Minggu pagi yang cukup cerah itu, kami lagi-lagi terdampar di stasiun monorail Bukit Bintang untuk bisa sampai stasiun KL Sentral. Dari stasiun KL Sentral, barulah gue dan kedua wanita itu bisa naik kereta menuju ke Putrajaya. Perjalanan dari KL Sentral ke Putrajaya nggak terlalu lama, mungkin sekitar satu jam. Sekitar jam 11 siang kami sampai di Putrajaya. Sampai di stasiun Putrajaya, kami memesan grab untuk bisa tiba di masjidnya yang kebetulan terletak dekat dengan gedung pemerintahannya.
Beruntung, nggak ada insiden 'hampir menyesatkan bule' seperti perjalanan ke Batu Caves kemarin. Putrajaya itu sendiri tertata cukup rapih, dari segi bangunan memang pemerintahan banget, sih.
![]() |
Putrajaya mosque |
Masjid Putra memang telah menjadi ikon yang cukup menarik dari kota Putrajaya ini sendiri. Salah satu rumah ibadah yang cukup ramai turis, terutama turis yang berwajah oriental. Arsitektur dari Masjidnya memang menarik, warnanya pinky-pinky catchy. Tapi sayangnya, setiba di masjid Putra, turis-turis lain belum diperbolehkan masuk. Turis lain diharuskan menunggu sampai diatas jam 1 siang baru boleh masuk..
Foodcourt di area masjid menjadi pelarian yang cukup menarik siang itu. Nasi Briyani dengan porsi besar ala indian pun menjadi pilihan yang cukup bersahabat. Buat yang hilang gambaran, nasi briyani adalah semacam nasi khas India yang biasanya memiliki bumbu tertentu dengan menu khas daging kambing. Selepas dari foodcourt, karena masih belum jam satu, akhirnya gue dan kakak gue hanya bisa menunggu di luar tanpa kepastian. Lagi asik-asik nunggu, eh.. di dekat gedung pemerintahan yang nggak jauh dari masjidnya, ada semacam perkumpulan mobil-mobil balap yang entah mau balapan atau mejeng-mejeng.
Emm... setelah menghabiskan waktu buat liat-liat nggak jelas, akhirnya jam operasional untuk masuk turis ke masjid Putra telah tiba. Maka sampailah kami di depan pintu gerbang kemenangan, dan masuklah kami kedalam masjid itu untuk melihat-lihat. Yang masuk ke dalam masjidnya gue sama kakak gue doang, sih. Nyokap duduk-duduk aja diluar....
Karena pakai celana pendek, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memakai semacam jubah panjang berwarna merah maroon. Sekilas, warna jubah panjang tersebut mengingatkan gue dengan warna almamater kampus. Warna dalam masjidnya sendiri memang dominan dengan warna pinky-pinky catchy. Mungkin semacam indian red, tapi versi lebih soft.
![]() |
harry potha |
![]() |
pinky-pinky catchy |
Selain image kota pemerintahan yang memang melekat banget sama Putrajaya, Masjid Putra memang merupakan salah satu daya tarik yang cukup menarik untuk para turis. Warnanya yang pinky-pinky catchy dan dalamnya yang cukup megah.. ya meskipun nggak se-megah beberapa mesjid ternama di Indonesia, membuat masjid Putra ini cukup menarik untuk dijadikan tempat wisata religi kalau kita lagi main ke Putrajaya.
Praktis keberadaan kami di dalam masjid Putra cuma buat.. foto sambil liat-liat. Sekitar jam 2 siang, kami kembali ke Kuala Lumpur. Dan lagi-lagi.. mall-mall di area Bukit Bintang kayak sungai wang ataupun farenheit menjadi pelampiasan kedua wanita itu, sampai malam.
0 Comments