![]() |
lima ratus hari of summer |
Dalam menjalin sebuah hubungan, akan ada banyak fase yang muncul seiring berjalannya waktu. Bukan melulu fase yang mempererat keberlanjutan hubungan tersebut, namun juga fase yang mempercepat berakhirnya hubungan itu sendiri. Karena bagaimanapun, mengintegrasikan dua hati melalui keintiman relasi tidak pernah mudah. Wahai anak muda, jika kalian merasa hubungan kalian baik-baik saja nyaris tanpa konflik, janganlah kalian bersyukur melainkan berhati-hatilah, karena fase yang 'merusak' hubungan itu belum datang menyapa.
Fase yang mempercepat berakhirnya hubungan adalah sebuah fase ketika hubungan telah berada pada kondisi yang 'rusak'. Yap, yang namanya rusak berarti masih memiliki peluang untuk diperbaiki. Dan yang namanya diperbaiki, bisa jadi kembali seperti semula, bisa jadi tidak dapat kembali seperti semula, atau skenario terburuk yaitu kembali seperti semula tetapi dengan rasa yang tak lagi sama: asing. Begitulah, terkadang hubungan yang kembali setelah sempat 'pergi', ketika kembali rasanya akan sukar untuk sama seperti pertama kali jika kembalinya hubungan melalui unsur paksaan. Karena, cukup adil sepertinya jika kita mendefinisikan hubungan yang dipaksakan sebagai sebuah bentuk genosida terhadap rasa 'nyaman'.
Dalam sebuah hubungan yang rusak, akan ada beberapa sub-fase lainnya yang menghiasi hubungan tersebut dengan dimensi waktu yang berbeda. Ada banyak fase yang akan hadir dalam sebuah hubungan yang rusak. Namun, mari kita generalisasikan fase-fase tersebut menjadi 2 fase besar dan kita sebut saja kedua fase tersebut sebagai fase 'merasa asing untuk pertama kalinya', dan fase 'dua cerita yang berbeda'.
Dalam sebuah hubungan yang rusak, konflik dan perseteruan dengan pasangan adalah hidangan yang cukup mengenyangkan. Namun bukan kandasnya hubungan yang menjadi puncak dari konflik dan perseteruan yang ada, karena kandasnya hubungan adalah sebuah fase akhir, bukan sebuah fase puncak. Merasa asing dengan pasangan sendiri adalah fase puncak. 'Merasa asing untuk pertama kalinya' adalah kali pertama ketika kita bahkan tidak yakin mengenal pasangan kita sendiri. Kita tidak lagi yakin mengenal siapa dia. Dia seperti orang asing, tak lagi sama.
Berubah. Perubahan dalam sikap karena lingkungan, situasi, dan kondisi di sekitar yang juga berubah membuatnya menjadi asing. Seakan menjadi seseorang dengan jiwa berbeda yang terperangkap dalam raga yang sama. Begitulah, anak muda. Sometimes we dont just grow, but also grow apart. Lingkungan memiliki andil dalam mentransformasikan keasingan yang membuatnya tak lagi sama.
Merasa asing untuk pertama kalinya adalah sebuah awal. Awal dari merasa asing untuk kedua kalinya, ketiga kali, empat kali, sampai seterusnya. Merasa asing untuk pertama kali adalah sebuah peringatan, bahwa hubungan telah berada pada ambang batas kehancuran. Segala sesuatu akan terkonversi menjadi pedih pada fase ini. Ingin putus, namun tidak rela. Ingin memaksakan hubungan, namun pada akhirnya hubungan yang dipaksakan bisa jadi lebih buruk daripada 'putus' itu sendiri.
Dua cerita berbeda. Fase yang menarik. Setelah segala perseteruan, setelah segala pertengkaran, setelah segala perasaan asing, sebuah hubungan yang rusak akan mengantarkan kita kepada fase dua cerita yang berbeda. Fase dua cerita berbeda sederhananya merupakan sebuah fase dimana pria dan wanita memiliki cerita patah hati dengan versinya masing-masing. Dimana dalam ceritanya, keduanya sama-sama menempatkan diri sebagai korban dan pihak yang paling diaskiti.
Berbeda namun sama. Sama-sama merasa paling berjuang, sama-sama merasa paling disakiti, sama-sama merasa paling benar, dengan cerita yang berbeda. Biasanya, wanita akan menjadi pembuat cerita yang paling kejam. Merasa paling disakiti, sampai-sampai menutup mata kalau mereka juga 'menyakiti'. Begitulah, wanita + kisah patah hati = irasional. Pria biasanya akan lebih rasional dalam bercerita, meskipun tetap ada unsur 'merasa paling disakiti'-nya, tapi tidak semasif wanita. Teruntuk wanita yang suka melebih-lebihkan kisah patah hati, jika kalian ingin meramu sebuah kisah patah hati, ada satu aspek dari pria yang harus kalian perhatikan. Sebuah aspek dari pria yang bisa jadi lebih menyakitkan daripada dianggap tidak mapan maupun tampan.
Katakan saja aspek tersebut sebagai aspek berjuang. Menganggap pria tidak memperjuangkan apa-apa dalam sebuah hubungan sama saja seperti menarik pin pada granat: tinggal tunggu ledakannya. Namun begitulah wanita, selalu merasa sebagai pihak yang paling memperjuangkan hubungan, menutup mata pada perjuangan yang sudah dilakukan pihak pria. Lucunya, ketika granat sudah meledak dan menghancurkan, wanita akan menyalahkan granat tersebut, bukannya menyalahkan pihak yang menarik pin dari granat tersebut. Padahal granat tidak akan meledak kalau pin-nya tidak ditarik. Itulah mungkin alasannya kenapa kalau (maaf) wanita penyuka sesama jenis putus, yang pusing adalah kerabat terdekatnya. Karena ada dua cerita irasional, dua penarik pin granat, yang saling melempar granat.
In conclusion, dalam sebuah hubungan yang rusak, ada dua buah fase besar yang akan mewarnainya. Fase pertama adalah sebuah fase dimana kita dibuat seakan tidak lagi mengenal siapa pasangan kita, karena kita merasa asing dengannya yang kini telah berubah. Fase berikutnya adalah fase dimana retaknya hubungan diimplementasikan kedalam 2 versi cerita yang berbeda: versi wanita, dan versi pria. Dimana mereka akan sama-sama merasa paling disakiti.
Fase yang mempercepat berakhirnya hubungan adalah sebuah fase ketika hubungan telah berada pada kondisi yang 'rusak'. Yap, yang namanya rusak berarti masih memiliki peluang untuk diperbaiki. Dan yang namanya diperbaiki, bisa jadi kembali seperti semula, bisa jadi tidak dapat kembali seperti semula, atau skenario terburuk yaitu kembali seperti semula tetapi dengan rasa yang tak lagi sama: asing. Begitulah, terkadang hubungan yang kembali setelah sempat 'pergi', ketika kembali rasanya akan sukar untuk sama seperti pertama kali jika kembalinya hubungan melalui unsur paksaan. Karena, cukup adil sepertinya jika kita mendefinisikan hubungan yang dipaksakan sebagai sebuah bentuk genosida terhadap rasa 'nyaman'.
Dalam sebuah hubungan yang rusak, akan ada beberapa sub-fase lainnya yang menghiasi hubungan tersebut dengan dimensi waktu yang berbeda. Ada banyak fase yang akan hadir dalam sebuah hubungan yang rusak. Namun, mari kita generalisasikan fase-fase tersebut menjadi 2 fase besar dan kita sebut saja kedua fase tersebut sebagai fase 'merasa asing untuk pertama kalinya', dan fase 'dua cerita yang berbeda'.
- Merasa asing untuk pertama kalinya
Dalam sebuah hubungan yang rusak, konflik dan perseteruan dengan pasangan adalah hidangan yang cukup mengenyangkan. Namun bukan kandasnya hubungan yang menjadi puncak dari konflik dan perseteruan yang ada, karena kandasnya hubungan adalah sebuah fase akhir, bukan sebuah fase puncak. Merasa asing dengan pasangan sendiri adalah fase puncak. 'Merasa asing untuk pertama kalinya' adalah kali pertama ketika kita bahkan tidak yakin mengenal pasangan kita sendiri. Kita tidak lagi yakin mengenal siapa dia. Dia seperti orang asing, tak lagi sama.
Berubah. Perubahan dalam sikap karena lingkungan, situasi, dan kondisi di sekitar yang juga berubah membuatnya menjadi asing. Seakan menjadi seseorang dengan jiwa berbeda yang terperangkap dalam raga yang sama. Begitulah, anak muda. Sometimes we dont just grow, but also grow apart. Lingkungan memiliki andil dalam mentransformasikan keasingan yang membuatnya tak lagi sama.
Merasa asing untuk pertama kalinya adalah sebuah awal. Awal dari merasa asing untuk kedua kalinya, ketiga kali, empat kali, sampai seterusnya. Merasa asing untuk pertama kali adalah sebuah peringatan, bahwa hubungan telah berada pada ambang batas kehancuran. Segala sesuatu akan terkonversi menjadi pedih pada fase ini. Ingin putus, namun tidak rela. Ingin memaksakan hubungan, namun pada akhirnya hubungan yang dipaksakan bisa jadi lebih buruk daripada 'putus' itu sendiri.
- Dua cerita yang berbeda
Dua cerita berbeda. Fase yang menarik. Setelah segala perseteruan, setelah segala pertengkaran, setelah segala perasaan asing, sebuah hubungan yang rusak akan mengantarkan kita kepada fase dua cerita yang berbeda. Fase dua cerita berbeda sederhananya merupakan sebuah fase dimana pria dan wanita memiliki cerita patah hati dengan versinya masing-masing. Dimana dalam ceritanya, keduanya sama-sama menempatkan diri sebagai korban dan pihak yang paling diaskiti.
Berbeda namun sama. Sama-sama merasa paling berjuang, sama-sama merasa paling disakiti, sama-sama merasa paling benar, dengan cerita yang berbeda. Biasanya, wanita akan menjadi pembuat cerita yang paling kejam. Merasa paling disakiti, sampai-sampai menutup mata kalau mereka juga 'menyakiti'. Begitulah, wanita + kisah patah hati = irasional. Pria biasanya akan lebih rasional dalam bercerita, meskipun tetap ada unsur 'merasa paling disakiti'-nya, tapi tidak semasif wanita. Teruntuk wanita yang suka melebih-lebihkan kisah patah hati, jika kalian ingin meramu sebuah kisah patah hati, ada satu aspek dari pria yang harus kalian perhatikan. Sebuah aspek dari pria yang bisa jadi lebih menyakitkan daripada dianggap tidak mapan maupun tampan.
Katakan saja aspek tersebut sebagai aspek berjuang. Menganggap pria tidak memperjuangkan apa-apa dalam sebuah hubungan sama saja seperti menarik pin pada granat: tinggal tunggu ledakannya. Namun begitulah wanita, selalu merasa sebagai pihak yang paling memperjuangkan hubungan, menutup mata pada perjuangan yang sudah dilakukan pihak pria. Lucunya, ketika granat sudah meledak dan menghancurkan, wanita akan menyalahkan granat tersebut, bukannya menyalahkan pihak yang menarik pin dari granat tersebut. Padahal granat tidak akan meledak kalau pin-nya tidak ditarik. Itulah mungkin alasannya kenapa kalau (maaf) wanita penyuka sesama jenis putus, yang pusing adalah kerabat terdekatnya. Karena ada dua cerita irasional, dua penarik pin granat, yang saling melempar granat.
In conclusion, dalam sebuah hubungan yang rusak, ada dua buah fase besar yang akan mewarnainya. Fase pertama adalah sebuah fase dimana kita dibuat seakan tidak lagi mengenal siapa pasangan kita, karena kita merasa asing dengannya yang kini telah berubah. Fase berikutnya adalah fase dimana retaknya hubungan diimplementasikan kedalam 2 versi cerita yang berbeda: versi wanita, dan versi pria. Dimana mereka akan sama-sama merasa paling disakiti.
0 Comments