Setuju nggak setuju, yang namanya jalan-jalan ke Singapore itu belum kerasa kalau belum pergi ke Merlion sama Marina Bay Sands. Ya begitulah, karena sejatinya Merlion dan Marina Bay Sands adalah 2 buah ikon yang Singapore 'banget'. Yang satunya Landmark negara, yang satunya lagi pusat hiburan terbesar. Semuanya terbukti, dari banyaknya pelancong-pelancong yang foto di depan Merlion ataupun di Marina Bay Sands terus di upload ke Instagram. Terus di kasih caption, 'A day in Singapore', atau kalau enggak.. 'No caption needed'. Ya begitulah.
Karena itulah, di hari kedua ini gue, kakak gue, dan nyokap melanjutkan perjalanan menuju 2 ikon abadi Singapore itu.
Perjalanan kami kembali dimulai dari Little India. Karena memang disitulah Hotel kami berada. Nggak jauh dari hotel, ada semacam bioskop, namanya Rex Cinemas. Kalau gue tebak, isinya film Bollywood semua dan yang nonton kebanyakan orang India. Atau, malah orang India semua yang nonton. Entahlah.
Dari Little India, kami naik MRT menuju Marina Bay Sands. Harga pasti dari tapping kartu saldo MRT nya sendiri gue nggak tau. Mungkin enol koma sekian dolar sekali tap. Buat masalah transportasi, Singapore memang lebih sejahtera daripada Indonesia. Polusinya sedikit, jalanannya bersih, orang-orangnya taat lalu lintas, sejahtera lah pokoknya. MRT nya pun bersih, baik di stasiun ataupun di dalam MRT nya sendiri. Konon katanya, ada larangan buat makan di dalam MRT atau juga stasiun MRT nya. Kalau ketahuan makan, nanti bisa kena denda pake $ingapore dollar. Konon juga katanya, salah seorang dosen kakak gue pernah kena denda karena memainkan kartu MRT nya dengan cara di keplek-keplek sehingga membuat suara berisik. Katanya, bunyi keplekan kartunya itu mengganggu ketenangan. Ya namanya juga negara maju, suka-suka lu deh sing..
![]() |
waitin' |
![]() |
silau bray |
Sebelum ke Marina, kami pergi ke museum nasionalnya Singapore dulu. Wisata sejarah, gitu. Nggak terlalu banyak hal yang bisa diliat dari Museum itu. Gue nggak terlalu merhatiin malah, di dalem museum itu ada apa aja. Yang gue tau, waktu itu ada pasangan yang lagi foto pre wedding di museum itu. Dan museum itu didominasi oleh percakapan bahasa mandarin, entah itu orang Singapore nya sendiri atau turis dari China.
Sekitar jam 11 atau jam 12, perjalanan berlanjut ke Marina Bay Sands. Pake MRT lagi, pastinya. Perjalanan pake MRT itu melelahkan, sobat. Masuk stasiun, tap disatu pintu ke pintu yang lain, naik eskalator, nunggu MRT, kadang desak-desakan. Tapi nggak apa-apa, naik MRT itu asik juga, kok. Sekitar jam 1 siangan, kami tiba di mall Marina Bay. Ya, mall nya ellite sih, emang. Tapi terdampar di mall Marina ini nggak berkesan-berkesan amat buat gue, karena penampakan dalem mall nya nggak jauh beda dari mall-mall di Jakarta. Jakarta punya 173 mall, bung.
Perjalanan di Mall Marina Bay ini 'melelahkan'. Wanita memang benar-benar kejam! Gue nggak ngerti, kenapa yang namanya wanita itu kakinya mendadak jadi kuat banget ketika mereka berbelanja. Kakak dan nyokap gue menjadi bukti nyata, betapa kuatnya kaki seorang wanita ketika sedang berbelanja. Gue sebenernya agak kesel, sama kedua wanita ini waktu lagi di Mall Marina Bay. Mereka pergi ke toko-toko di Marina Bay Mall yang jelas udah ada di Jakarta. Mereka pergi ke Charles and Keith, padahal di Jakarta Charles And Keith pun juga ada di mall kayak Central Park. Kakak gue juga sempet-sempetnya beli parfum di Victoria Secretnya, padahal di mall kayak Taman Anggrek Victoria Secret pun juga ada. Ngapain jauh-jauh ke negri orang kalau beli barang yang bisa dibeli di negri sendiri?! Mending, kalau belinya di Singapore dengan catatan harga barangnya bisa lebih murah. LAH INI HARGANYA SAMA. MALAH AGAK SEDIKIT LEBIH MAHAL. KENAPAH MAMA.. KENAPAH CICIK... KENAPAHHHH?!
'Kelelahan' gara-gara jalan di mall Marina Bay itu sangat gue rasakan. Pasalnya, jumlah bangku di setiap tokonya nggak sebanyak jumlah bangku di toko-toko yang ada di mall-mall Jakarta. Belum tentu di satu toko itu ada tempat duduk buat pembeli duduk. Syukur kalau ada, kalau nggak ada ya begitulah. Saat itu, gue benar-benar merasa kalau emansipasi gue direnggut dan dijajah oleh wanita. Dan lebih sedihnya lagi, wanita-wanita itu adalah keluarga gue sendiri.
![]() |
di atasnya.. |
Untungnya, area Marina Bay Sands ini nggak cuma terpaku pada mall doang. Karena sejatinya, Marina Bay Sands ini adalah pusat hiburan yang keren abis. Ada kolam renang infinity pool nya yang terkenal di lantai paling atas, tapi sayangnya infinity pool di Marina Bay Sands itu cuma bisa diakses sama pengguna hotel Marina Bay Sands doang. Padahal, dulu katanya yang nggak nginep di Marina Bay pun bisa nyobain infinity pool.
Selain mall, ada juga Gardens by the Bay, taman umum yang cukup terkenal di Marina Bay Sands. Kami sendiri nggak masuk ke dalem ruangannya, cuma jalan-jalan diluarnya. Sebelumnya, gue juga sempet mengitari Helix Bridge sebentar, sebelum akhirnya terdampar di Gardens by The Bay. Waktu itu cuaca di Marina Bay panasnya emang lagi kampret abis.
Gardens by the Bay emang cukup asik buat diitari. Selain karena oksigennya sehat, tempatnya juga asik buat foto-foto.
Sampe sekitar jam setengah 6 sore, kami masih terdampar di Marina Bay. Gue yang udah lelah, jadi tambah lelah. Dari Marina Bay, kami masih harus naik MRT lagi Merlion park. Niatnya sih, pingin mengabadikan foto di depan Merlion. Tapi percayalah, berpose di Merlion di waktu malam hari itu bukan perkara mudah. Apalagi, kalau kamera yang digunakan cuma kamera handphone. Handphone sekelas Iphone 6 pun kameranya masih kampret-kampretan.
Setelah terdampar di stasiun pemberhentian di Merlion, kami masih harus jalan lagi nyari-nyari dimanakah patung Merlion itu berada. Waktu itu, jam udah menunjukkan skitar pukul setengah 7 malam. Konon katanya, kalau mau foto yang apik di depan Merlion ini ada baiknya kalau di waktu langit masih belum gelap. Tapi apa boleh buat, karena terlalu lama di Marin Bay Sands, kami sampe di depan Merlion saat langit udah mulai gelap.
Sebagai Landmark dari negara Singapore, Merlion ini emang kayaknya wajib buat dikunjungi. Dan statusnya sebagai landmark yang wajib dikunjungi ini juga lah yang membuat Merlion selalu rame meskipun udah malem. Waktu itu karena harus transit lagi dari MRT ini ke MRT itu, gue pada akhirnya terdampar di depan Merlion dengan lemas. Bukan cuma karena lemas jalan, tapi juga lemas karena ada banyak turis yang juga ngantri foto di depan Merlion. Beraneka ragam bahasa pun bercampur aduk waktu itu. Ada bahasa China, Indonesia, Bahaca China yang dicampur sama bahasa Indonesia, bahasa Tagalog, bahasa Inggris, bahasa Tagalog yang dicampur sama bahasa Inggris, bahasa kalbu, banyak lah. Yang jelas, jumat malam itu, berpose buat foto di depan Merlion bukan lah perkara yang mudah.
Karena udah gelep, Merlionnya pun nggak terlalu keliatan jelas. Giliran keliatan jelas, guenya yang gelep. Belum lagi waktu itu rame, setiap mau foto.. selalu aja ada turis China perusak foto turis negara lain. Gue pun yang sama kakak gue saling ganti-gantian buat fotoin mendadak berubah menjadi tukang parkir dadakan untuk mendapatkan angle foto yang sempurna. Dan kalau kami memang tukang parkir dadakan, maka kami adalah tukang parkir dadakan yang ketentramannya diganggu oleh turis China perusak foto...
"Iya ce... kanan.. kiri.. maju dikit, mundur dikit, ya.. Merlion nya udah cakep, iya lu ke kiri sedikit ce... iya... oke mantap.. siap ya, satu.. dua.. IYA ADA DUA CHINA DIBELAKANG LU..."
Padahal gue sama cece a.k.a cicik gue juga China. Chinese, maksudnya.
Kami pun terpaksa menunggu si turis China perusak foto itu buat pergi. Satu hal yang gue tau jelas malam itu adalah... foto di Merlion dengan angle Marina Bay Sands nya dapet dan Merlionnya juga dapet tidak semudah yang dibayangkan.
Setelah beberapa kali nyoba memfoto dan difoto, kaki gue benar-benar lemas karena jalan seharian. Sekitar jam setengah 9 malam waktu Singapore, kami meninggalkan Merlion untuk kembali ke Little India. Naik MRT lagi, transit lagi. Kebayang kan, capeknya. Sebelum sampe hotel, kami makan malam dulu di deket hotel pastinya.
Dan begitu lah hari kedua ini berakhir. Lelah di Marina Bay Sands, lemas di Merlion.
Setelah terdampar di stasiun pemberhentian di Merlion, kami masih harus jalan lagi nyari-nyari dimanakah patung Merlion itu berada. Waktu itu, jam udah menunjukkan skitar pukul setengah 7 malam. Konon katanya, kalau mau foto yang apik di depan Merlion ini ada baiknya kalau di waktu langit masih belum gelap. Tapi apa boleh buat, karena terlalu lama di Marin Bay Sands, kami sampe di depan Merlion saat langit udah mulai gelap.
Sebagai Landmark dari negara Singapore, Merlion ini emang kayaknya wajib buat dikunjungi. Dan statusnya sebagai landmark yang wajib dikunjungi ini juga lah yang membuat Merlion selalu rame meskipun udah malem. Waktu itu karena harus transit lagi dari MRT ini ke MRT itu, gue pada akhirnya terdampar di depan Merlion dengan lemas. Bukan cuma karena lemas jalan, tapi juga lemas karena ada banyak turis yang juga ngantri foto di depan Merlion. Beraneka ragam bahasa pun bercampur aduk waktu itu. Ada bahasa China, Indonesia, Bahaca China yang dicampur sama bahasa Indonesia, bahasa Tagalog, bahasa Inggris, bahasa Tagalog yang dicampur sama bahasa Inggris, bahasa kalbu, banyak lah. Yang jelas, jumat malam itu, berpose buat foto di depan Merlion bukan lah perkara yang mudah.
Karena udah gelep, Merlionnya pun nggak terlalu keliatan jelas. Giliran keliatan jelas, guenya yang gelep. Belum lagi waktu itu rame, setiap mau foto.. selalu aja ada turis China perusak foto turis negara lain. Gue pun yang sama kakak gue saling ganti-gantian buat fotoin mendadak berubah menjadi tukang parkir dadakan untuk mendapatkan angle foto yang sempurna. Dan kalau kami memang tukang parkir dadakan, maka kami adalah tukang parkir dadakan yang ketentramannya diganggu oleh turis China perusak foto...
"Iya ce... kanan.. kiri.. maju dikit, mundur dikit, ya.. Merlion nya udah cakep, iya lu ke kiri sedikit ce... iya... oke mantap.. siap ya, satu.. dua.. IYA ADA DUA CHINA DIBELAKANG LU..."
Padahal gue sama cece a.k.a cicik gue juga China. Chinese, maksudnya.
Kami pun terpaksa menunggu si turis China perusak foto itu buat pergi. Satu hal yang gue tau jelas malam itu adalah... foto di Merlion dengan angle Marina Bay Sands nya dapet dan Merlionnya juga dapet tidak semudah yang dibayangkan.
![]() |
a night in singapore |
Setelah beberapa kali nyoba memfoto dan difoto, kaki gue benar-benar lemas karena jalan seharian. Sekitar jam setengah 9 malam waktu Singapore, kami meninggalkan Merlion untuk kembali ke Little India. Naik MRT lagi, transit lagi. Kebayang kan, capeknya. Sebelum sampe hotel, kami makan malam dulu di deket hotel pastinya.
Dan begitu lah hari kedua ini berakhir. Lelah di Marina Bay Sands, lemas di Merlion.
0 Comments